Kamis, 20 November 2008

Kualitas Guru Masih Tertinggal

LPTK Dianaktirikan, Sarpras Berusia Tua









Get a scroller sign at http://www.crazyprofile.com.com!


SURABAYA— Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia VI di Bali, digelar 17 - 19 November, ternyata menyisakan banyak pertanyaan. Di antaranya, yang menjadi sorotan adalah masih tertinggalnya kualitas pendidikan guru di Indonesia yang telah tertinggal 20 tahun dibandingkan dengan kebutuhan saat ini.
Akibatnya, lulusan sekolah di Indonesia banyak yang tidak bisa memenuhi kebutuhan pasar. Pernyataan ini disampaikan, Rektor Universitas Surabaya Haris Supratno sepulang dari Bali, Kamis (20/11). “Sebenarnya letak persoalannya berakar pada kondisi LPTK (Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan) yang kurang diperhatikan,” terangnya.
Pasalnya, sebagian besar sarana dan prasarana LPTK negeri tidak diperbaharui selama 20 tahun. Misalnya, laboratorium teknik yang dimiliki Unesa kebanyakan berusia 20 tahun.
Dengan alat seperti, lanjut Haris, calon guru teknik di LPTK tidak bisa praktikum sesuai dengan kebutuhan pasar. “Kami ini antara lain harus mendidik guru SMK. Anehnya alat praktikum calon guru sudah ketinggalan zaman. Sementara alat praktikum di sekolah banyak yang sudah maju,” ujarnya.
Dengan kondisi seperti itu, wajar bila kualitas pendidikan guru di Indonesia tertinggal. Akibatnya, guru gagap mengaktualiasi diri saat mengajar sehingga berimbas pada kualitas pendidikan pelajar. “Bagaimana pendidikan bisa maju kalau guru sebagai faktor utama saja pendidikan kurang diperhatikan,” kritiknya.
Selain itu, Haris mengatakan, kalau LPTK sering dianaktirikan dibandingkan perguruan tinggi negeri lain. Hal itu antara lain terlihat dari kebijakan penganggaran. “Fokus pengadaan alat praktikum masih pada perguruan tinggi besar yang tidak bertugas sebagai LPTK. Sementara 12 LPTK negeri di Indonesia hampir kesulitan mendapatkan pengadaan alat baru,” kata Haris yang tahun ini batal mendapatkan dana hibah Rp 1,7 triliun untuk membangun kampus baru.
Akibatnya, dengan status seperti ini dengan semua dana hibah untuk LPTK negeri harus masuk APBN. Banyak investor tidak mau dengan sistem itu. “Kalau guru tidak dididik dengan baik, kurikulum sebaik apapun susah dijalankan,” pungkas Haris yang mendesak pemerintah untuk lebih memerhatikan LPTK, jika serius memajukan pendidikan nasional. (sir)

Tidak ada komentar: